Minggu, 10 Januari 2016

Pernikahan beda Kultur....

Tak terasa pernikahan saya dan suami sudah berjalan hampir 4 tahun. Pada tahap ini telah banyak perbedaan yang dapat kami kondisikan menjadi saling melengkapi. Yaah saya dan suami berasal dari kultur dan daerah yang sangat berbeda. Saya berasal dari daerah selatan dengan mayoritas  masyarakat petani, sedangkan suami saya berasal dari daerah pantura, yang mayoritas hidupnya berhubungan dengan laut. rumah mertua pun hanya berjarak sekitar 500 meter dari laut.


perbedaan ini sering kali bikin galau ketika awal menikah dulu, dalam hal makanan, kebiasaan, gaya berbicara dan lain sebagainya. Dalam hal makanan, saya yang dibesarkan dari keluarga petani termasuk dalam pecinta sayur. all  about vegetable jadi makanan favorit, sedangkan suami termasuk fanatik ikan. jadilah saya sering galau ketika masak. Bagaimana tidak masakan berbahan dasar sayur yang menurut saya super duper lezat, ternyta ketika tersaji di meja makan tidak tersentuh. Buat masygul jadinya. Saya sendiri jika diminta masak, masakan berbahan ikan..tak jelas arah nya mau masak apa rasanya kemana..hiks.. namun seiring waktu ternyta kami mulai saling membiasakan..suami sedikit banyak mulai mencintai sayur, kemampuan saya memasak ikan pun terus tak upgrade meskipun hasilnyaaaa,,,,yaaah lumayanlah dah menemukan jalan terang hahaha...

Selain masakan gaya berbicara, sering kali buat galau. Saya yang dasarnya memang suka Baper seringkali harus kejentok (I hope you know what is "Kejentok? :) ) dengan gaya bicara suami dan keluarga mertua yang cenderung keras dan to the point. antara guyon dan temenan rasanya sama. dan kadang menyakitkan. hehe..

Awal menikahpun saya tergagap-gagap mengikuti kebiasaan keluarga suami..benar kata teman-teman saya bahwasanya orang pantura adalah wong seng "akas-akas" dan pekerja keras. Gak ada istilah leyeh-leyeh dan santai-santai. Semua dikerjakan dengan cepat dan tepat sedangkan saya, sejak dulu kebiasaan saya..pokoknya pada waktunya pekerjaan itu selesai..ya nanti sajalah.. (ini alibi untuk seorang pemalas pemirsaa,..)"tutup muka" dan ini  yang buat sungkan ketika di rumah mertua..


hampir 4 tahun jadi menantu dikeluarga mertua belum sekalipun saya memasak untuk mereka. selain karena memang tidak tinggal serumah saya pun takut mertua saya akan sakit perut jika makan masakan saya..namun alhamdulillah mereka adalah mertua terbaik..yang sangat pengertian dengan menantu seperti saya, mereka sangat memaklumi dengan gapecultur yang saya rasakan.

Hal yang sangat sukai ketika di rumah mertua adalah berlama-lama duduk di pinggir laut utamanya ketika para nelayan itu pulang. melihat ibu-ibu berdandan paling cantik menunggu suaminya pulang dari melaut..its amazing.. mereka adalah orang-orang kuat. bagaimana seorang istri melepas suaminya mengarungi samudra untuk mencari nafkah, dibutuhkan hati yang seluas samudra. Dan para nelayan itu merupakan orang yang tangguh..menantang maut untuk mencari nafkah..olalaa its wonderfull.


1 komentar:

  1. salam kenal bunda lely.
    mampir ya di blog saya : http://nurhayatihayfasoetardjo.blogspot.co.id/?m=1

    BalasHapus