Bebeberapa waktu yang lalu di Facebook beredar meme tentang ajakan berbelanja di pasar tradisional dari pada di supermarket. Basically menurut saya pribadi saya lebih senang berbelanja dipasar tradisional dari pada supermarket. kenapa..???? iya karena rumah ku jauh dari supermarket "lempar sandal" huaa.. namun bukan itu alasan utamanya.. menurutku belanja di pasar tradisional jatuhnya lebih murah daripada belanja di supermarket..asalkan kita telah survei harga sebelumnya..kerma bila tidak bisa2 kita keblondrok harga..dan keblondrok harga itu sakitnya dimana-mana. para penjual di pasar tradisional tidak perlu memikirkan gaji karyawan, pajak dan sebagainya mereka hanya membayar iuran perhari yang jumlahnya tidak sebesar biaya sewa supermarket. sehingga harga pokok yang diberikan tidak sebesar supermarket.
Kembali pada masalah keblondrok harga..beberapa kali saya mengalaminya. terutama untuk barang-barang yang jarang tak beli. seperti beberapa hari yang lalu. Niat ke pasar mau beli "Balungan', you know what is Balungan?? iya tulang sapi. sepanjang jalan dah membayangkan betapa segarnya masak "garang asem". Wuih semangat sekali saya, nyampek pasar saya langsung menuju tukang daging. Tak tanya setengah kilo berapa bu?tiga puluh ribu,whattt?????????? padahal 2 hari sebelumnya saya beli di pasar lain hanya 12 ribu..kie yang salah siapaa..koq harganya jauh berbeda..dari pada rame dengan penjualnya akhirnya saya hanya membeli seperempat kilo saja.
Hari yang lain pernah juga beli ikan segar namun dapatnya ikan yang sudah nyonyot sana-sini, kalo mbak ku pernah juga ikan segar pilihannya diganti ma penjualnya dengan ikan yang sudah agak gak layak konsumsi. huft.. seringkali saya berpikir kenapa penjual-penjual itu melakukan hal-hal yang kurang tepat. bukankah keuntungan mereka kecil, kenapa harus melakukan hal-hal seperti itu, bukankah nantinya jatuhnya keuntungan sak uprit gak berkah sisan. hadeeuh....
Dalam hal kepraktisan memang lebih praktis belanja di supermarket, harganya jelas (jelas mahal nya juga sih,hehe...) dan kualitasnya pun terjamin..seperti yang diiklan2 itu..selain itu tempatnya yang nyaman dan bersih pasti buat betah, hingga lupa waktu dan lupa anggaran hehe..
Belanja di warung kelontong rasanya sebelas dua belas dengan belanja di pasar tradisional khususnya jika di daerah yang tidak kita kenal, kadang para penjual melihat penampilan kita yang orang jauh ato bepergian mereka menaikkan harga sak tepak e.. "halah..masio gak akan balek mrene maneh ae kog..' itu yang sering kali jadi dalil..
Hal ini tentu berbeda dengan berbelanja dengan di toko retail..harga yang dipatok sama seperti yang tertera baik itu orang jauh maupun orang dekat..
seringkali saya berpikir dengan menjamurnya toko ret
ail. bagaimana para pemilik warung kelontong itu bertahan..wong sekarang toko-toko berkonsep modern tidak hanya di kota namun dipelosok desa pun bisa dengan mudah ditemui toko-toko retail tersebut. belanja dimanapun tergantung pada anda sang pemilik uang hehe...
Si balungan itu akhirnya gak jadi garang asem tapi sup..karena balungan cuma sak uprit dan ini peampakannya
Hari yang lain pernah juga beli ikan segar namun dapatnya ikan yang sudah nyonyot sana-sini, kalo mbak ku pernah juga ikan segar pilihannya diganti ma penjualnya dengan ikan yang sudah agak gak layak konsumsi. huft.. seringkali saya berpikir kenapa penjual-penjual itu melakukan hal-hal yang kurang tepat. bukankah keuntungan mereka kecil, kenapa harus melakukan hal-hal seperti itu, bukankah nantinya jatuhnya keuntungan sak uprit gak berkah sisan. hadeeuh....
Dalam hal kepraktisan memang lebih praktis belanja di supermarket, harganya jelas (jelas mahal nya juga sih,hehe...) dan kualitasnya pun terjamin..seperti yang diiklan2 itu..selain itu tempatnya yang nyaman dan bersih pasti buat betah, hingga lupa waktu dan lupa anggaran hehe..
Belanja di warung kelontong rasanya sebelas dua belas dengan belanja di pasar tradisional khususnya jika di daerah yang tidak kita kenal, kadang para penjual melihat penampilan kita yang orang jauh ato bepergian mereka menaikkan harga sak tepak e.. "halah..masio gak akan balek mrene maneh ae kog..' itu yang sering kali jadi dalil..
Hal ini tentu berbeda dengan berbelanja dengan di toko retail..harga yang dipatok sama seperti yang tertera baik itu orang jauh maupun orang dekat..
seringkali saya berpikir dengan menjamurnya toko ret
ail. bagaimana para pemilik warung kelontong itu bertahan..wong sekarang toko-toko berkonsep modern tidak hanya di kota namun dipelosok desa pun bisa dengan mudah ditemui toko-toko retail tersebut. belanja dimanapun tergantung pada anda sang pemilik uang hehe...
Si balungan itu akhirnya gak jadi garang asem tapi sup..karena balungan cuma sak uprit dan ini peampakannya
kalau saya, membeli sayuran dan isi dapur cukup ditukang sayur. wis ta gak mungkin dia ngampleng. kalau beli sembako di grosir dekat rumah. rada aman di dompet hehe. kalau kadang pingin ke pasar tradisional, udah diniatkan kalau kemahalan ya itung2 sedekah. hehe
BalasHapusuntuk menenangkan hati yang galau karena keblondrok harga, biasanya saya juga berfikir seperti itu mbak,,ahh..gak papa wes..itung2 sedekah..hehe.. makasih dah mampir mbak..salam kenal..
Hapus