.
Aku memanggil ibuku dengan “Emak” dan bangga sekali aku dengan panggilan ini.
Ketika banyak teman mengubah panggilan ibunya dari emak menjadi ibu, mama atau
yang lainnya manakala mereka telah kuliah dan bekerja. Namun entahlah aku tetap
lebih senang memanggilnya dengan panggilan sayang Emak. Bagi ku kata emak itu
begitu berkesan dan mendalam. Emakku merupakan sosok multitasking Beliau guru,
teman, dan penopang kehidupan. Sebagai guru beliau merupakan madrasah pertama
bagi kami anak-anaknya. Beliau yang pertama mengajarkan aku dan
saudara-saudaraku huruf alif jauh sebelum kami masuk TPQ, beliau mengajarkan
kami huruf A, B dan C bahkan sebelum kami masuk SD. Dulu seringkali Emak
menjadi tumpuan kami ketika tugas sekolah tidak dapat kami selesaikan,
seringkali ketika bangun tidur tugas-tugas sekolah tersebut telah rampung. Hal
ini bahkan hingga kami SMA utamanya dalam pelajaran menggambar dan kesenian.
Sejak
kecil beliau menjadi orang terdepan yang mendukung kami, utamanya dalam hal pendidikan.
Beliaulah yang mendorong kami untuk menempuh hingga pendidikan tertinggi,
mendukung kami tidak hanya dalam hal materi namun juga dalam materi pendidikan.
Beliau begitu concern mendukung setiap langkah kami dalam belajar.
Emak
lah yang mengajarkan kami tentang kemandirian. Dulu sering kali aku bertanya
“mak, umpamane aku tindak mrono pripun?” maka Jawabnya “iya nduk, tidak apa-apa
seng ati-ati” ketika aku kecil seringkali aku protes “mak, kok tego men kaleh anak, mrono oleh, mrene
oleh, mbokyo seperti mak-mak e arek-arek yang ada khawatir-khawatir e dengan
anak”
Beliau
tersenyum dan menjawab “Nduk, aku pengen anak-anak ku luweh pinter timbang aku..lha nek tak kurung ndek omah ae
maka belajar e yow teko aku thok, sementara seng iso tak kek i yow ngena ngene
thok. ben belajar banyak hal di njobo, .aku percoyo anak-anak ku ngerti seng
elek tur seng apik”. Jika sudah begitu maka aku akan memeluknya. Kepercayaan
itulah yang kemudian mengajarkan kami untuk belajar bertanggung jawab dan
belajar mandiri.
Emak adalah teman beliau selalu ada untuk
mendengarkan semua cerita kami. Dulu sepulang sekolah kami biasa berkumpul
untuk menceritakan seharian kejadian di sekolah, keadaan lelah sepulang dari
sawah pun tidak membuatnya mengabaikan cerita kami, hingga hari ini ketika
anak-anak sudah beranjak dewasa.Ketika
kami pulang beliau pun masih setia mendengarkan cerita kami.
Emak
adalah penopang kehidupan keluarga, bersama bapak beliau banting tulang untuk
mencari ekonomi, beliaulah yang menjadi penguat ketika ekonomi keluarga oleng. Emak
mencari solusi ketika semuanya menjadi sulit, beliau berlari kesana kemari agar semua masalah teratasi.
Hal
yang menyedihkan adalah beliau tidak pernah membagi masalahnya dengan kami
beliau selalu mengatakan semua baik-baik saja. tIap kali kami bertanya “ada apa
mak?” “tidak apa-apa nak” itu jawabannya.
Yaah
beliau selalu menyimpan semua masalahnya sendiri, masih teringat jelas
bagaimana dulu ketika kami kecil beliau tidak akan makan sehingga semua
anak-anaknya kenyang. Beliau menyimpan rasa laparnya dengan senyuman. Ketika kami
bertanya belaiu menjawab “jek wareg nduk, ndang maem o disik” padahal beliau
belum makan..dan akan selalu begitu.
Emakku
tidak pernah menangis dihadapanku dan anak-anaknya. Beliau selalu tersenyum dan
mengatakan gak apa-apa nak, Beliaupun tidak pernah mengeluh kepada kami,
impianku saat ini membuat ibuku menceritakan secara terbuka semua masalahnya hingga kami bisa benar-benar
menjadi bagian dirinya. Love you mak ku..
Emakku…
sejak ku
kecil tak satupun pernah kulihat airmatamu…
seberat
apapun hidup tak pernah sekalipun kau mngeluh padaku…
tak kau
tunjukkan lelah dan kesahmu dihadapanku...
kau
selalu bilang...
semua baik-baik saja...dan gak apa-apa..
kini setelah aku jadi emak...
hatiku sering bertanya..
bagaimana caranya kau melewatinya.
bagaimana cara menyimpan lelah dan airmatamu dari dulu hingga
kini...
hingga tak tampak di hadapan anak--anakmu...
karena sebagai emak…
kadang rasa lelah masih kurasakan...
rasa tak sabar seringkali menyeruak...
dihadapan cucu kecilmu...
apakah status 'emak' belum pantas ku sandang...
mak...ajari ku cara bersabar sepertimu...
oh...putriku maafkan emakmu...
telah buat kau galau dengan airmataku-.....
Masyaa Allah. Kadang kita ga tahu yah gimana perasaan ibu sebenarnya. Yang diberitahukan di depan anak2 hanyalah senyum kebahagiaan
BalasHapusitu yang saya rasakan mbak anggarani...
Hapus