Selasa, 22 Desember 2015

Emak ku Wonder Womanku


. Aku memanggil ibuku dengan “Emak” dan bangga sekali aku dengan panggilan ini. Ketika banyak teman mengubah panggilan ibunya dari emak menjadi ibu, mama atau yang lainnya manakala mereka telah kuliah dan bekerja. Namun entahlah aku tetap lebih senang memanggilnya dengan panggilan sayang Emak. Bagi ku kata emak itu begitu berkesan dan mendalam. Emakku merupakan sosok multitasking Beliau guru, teman, dan penopang kehidupan. Sebagai guru beliau merupakan madrasah pertama bagi kami anak-anaknya. Beliau yang pertama mengajarkan aku dan saudara-saudaraku huruf alif jauh sebelum kami masuk TPQ, beliau mengajarkan kami huruf A, B dan C bahkan sebelum kami masuk SD. Dulu seringkali Emak menjadi tumpuan kami ketika tugas sekolah tidak dapat kami selesaikan, seringkali ketika bangun tidur tugas-tugas sekolah tersebut telah rampung. Hal ini bahkan hingga kami SMA utamanya dalam pelajaran menggambar dan kesenian.


Sejak kecil beliau menjadi orang terdepan yang mendukung kami, utamanya dalam hal pendidikan. Beliaulah yang mendorong kami untuk menempuh hingga pendidikan tertinggi, mendukung kami tidak hanya dalam hal materi namun juga dalam materi pendidikan. Beliau begitu concern mendukung setiap langkah kami dalam belajar.

Emak lah yang mengajarkan kami tentang kemandirian. Dulu sering kali aku bertanya “mak, umpamane aku tindak mrono pripun?” maka Jawabnya “iya nduk, tidak apa-apa seng ati-ati” ketika aku kecil seringkali aku protes “mak,  kok tego men kaleh anak, mrono oleh, mrene oleh, mbokyo seperti mak-mak e arek-arek yang ada khawatir-khawatir e dengan anak”

Beliau tersenyum dan menjawab “Nduk, aku pengen anak-anak ku luweh pinter  timbang aku..lha nek tak kurung ndek omah ae maka belajar e yow teko aku thok, sementara seng iso tak kek i yow ngena ngene thok. ben belajar banyak hal di njobo, .aku percoyo anak-anak ku ngerti seng elek tur seng apik”. Jika sudah begitu maka aku akan memeluknya. Kepercayaan itulah yang kemudian mengajarkan kami untuk belajar bertanggung jawab dan belajar mandiri. 

  Emak adalah teman beliau selalu ada untuk mendengarkan semua cerita kami. Dulu sepulang sekolah kami biasa berkumpul untuk menceritakan seharian kejadian di sekolah, keadaan lelah sepulang dari sawah pun tidak membuatnya mengabaikan cerita kami, hingga hari ini ketika anak-anak sudah beranjak dewasa.Ketika kami pulang beliau pun masih setia mendengarkan cerita kami.

Emak adalah penopang kehidupan keluarga, bersama bapak beliau banting tulang untuk mencari ekonomi, beliaulah yang menjadi penguat ketika ekonomi keluarga oleng. Emak mencari solusi ketika semuanya menjadi sulit, beliau berlari  kesana kemari agar semua masalah teratasi.
Hal yang menyedihkan adalah beliau tidak pernah membagi masalahnya dengan kami beliau selalu mengatakan semua baik-baik saja. tIap kali kami bertanya “ada apa mak?” “tidak apa-apa nak” itu jawabannya.
Yaah beliau selalu menyimpan semua masalahnya sendiri, masih teringat jelas bagaimana dulu ketika kami kecil beliau tidak akan makan sehingga semua anak-anaknya kenyang. Beliau menyimpan rasa laparnya dengan senyuman. Ketika kami bertanya belaiu menjawab “jek wareg nduk, ndang maem o disik” padahal beliau belum makan..dan akan selalu begitu.
Emakku tidak pernah menangis dihadapanku dan anak-anaknya. Beliau selalu tersenyum dan mengatakan gak apa-apa nak, Beliaupun tidak pernah mengeluh kepada kami, impianku saat ini membuat ibuku menceritakan secara terbuka semua  masalahnya hingga kami bisa benar-benar menjadi bagian dirinya. Love you mak ku..

Emakku…
sejak ku kecil tak satupun pernah kulihat airmatamu…
seberat apapun hidup tak pernah sekalipun kau mngeluh padaku…
tak kau tunjukkan lelah dan kesahmu dihadapanku...
kau selalu bilang...
semua baik-baik saja...dan gak apa-apa..
kini setelah aku jadi emak...
hatiku sering bertanya..
bagaimana caranya kau melewatinya.
bagaimana cara menyimpan lelah dan airmatamu dari dulu hingga kini...
hingga tak tampak di hadapan anak--anakmu...
karena sebagai emak…
kadang rasa lelah masih kurasakan...
rasa tak sabar seringkali menyeruak...
dihadapan cucu kecilmu...
apakah status 'emak' belum pantas ku sandang...
mak...ajari ku cara bersabar sepertimu...
oh...putriku maafkan emakmu...
telah buat kau galau dengan airmataku-.....

2 komentar:

  1. Masyaa Allah. Kadang kita ga tahu yah gimana perasaan ibu sebenarnya. Yang diberitahukan di depan anak2 hanyalah senyum kebahagiaan

    BalasHapus